Senin, 30 Januari 2012
MTA DATANG TIDAK BERBUAT KEKACAUAN DAN PERMUSUHAN, MELAINKAN MENEBARKAN KASIH SAYANG DALAM KEKELUARGAAN
Oleh : Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Majlis Tafsir Al-Qur’an disingkat MTA didirikan pada tgl. 19 September 1972 oleh Al-Ustadz KH. ‘Abdullah Thufail Saputro, berpusat di Surakarta, tepatnya di Jl. Serayu no. 12, Semanggi RT 06, RW 15, Pasarkliwon, Surakarta.
Sampai hari ini tgl. 29 September 2002 MTA genap berusia 30 tahun lebih 10 hari.
MTA didirikan dengan tujuan utamanya mengajak ummat Islam kembali kepada sumber ajaran Islam yang sebenarnya, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Rasulullah SAW bersabda :
Aku telah meninggalkan padamu semua dua perkara, yang kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Al-Hadits). [HR. Ibnul ‘Abdil Barr]
MTA adalah lembaga dakwah, menyeru manusia kepada yang paling baik, yakni firman Allah.
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslimin)”. [QS. Fushshilat : 33]
Oleh karena itu MTA bukan partai politik dan tidak akan menjadi partai politik, bukan suatu golongan dan tidak akan menjadi suatu golongan tersendiri dari ummat Islam. Seluruh ummat Islam digolongan dan partai manapun adalah saudara kami, dan kami berharap saudara-saudara kami yang aktif digolongan dan partai manapun hendaklah selalu menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai way of life, dan selalu menyuarakan Islam kepada manusia, menjalin ukhuwah Islamiyah dan rasa musawah sesama muslim, tanpa merasa lebih antara satu dengan yang lain. Kepada saudara-saudara kami yang non muslim, kita bisa berdampingan, saling hormat-menghormati, tidak saling mencela dengan berbuat baik serta berlaku adil, selama mereka tidak memusuhi kita karena agama, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8 :
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. [QS. Al-Mumtahanah : 8]
Pada hakikatnya Allah menciptakan kita manusia agar beribadah (menghambakan diri) kepada-Nya dan nanti kita semua akan kembali kepada Allah dengan mempertanggungjawabkan amal kita masing-masing tanpa bisa bantu-membantu satu sama lain. Maka rasanya tidak perlu kita mengurusi agama dan kepercayaan orang lain, kewajiban kita hanyalah mengajak kepada Islam tanpa ada paksaan dengan bentuk apapun. Kalau mereka mau menerima, keselamatan buat mereka sendiri, kalau tidak mau menerima, kita saling menghormati
Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. [QS. Al-Kaafirun : 6]
Kita sebagai bangsa yang satu, hal-hal yang sekiranya bisa kita kerjakan bersama (tidak melanggar aturan agama) marilah kita bekerja sama. Adapun hal-hal yang tidak bisa kita kerjakan bersama, marilah kita sama-sama bekerja tanpa mengganggu orang lain bekerja, nanti Allah sajalah yang akan memberi balasan pekerjaan kita secara sempurna.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT dengan membawa Al-Qur’an untuk memperbaiki akhlaq manusia, di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang sangat kental dengan kemusyrikan dan kemakshiyatan. Sedangkan ajaran Al-Qur’an sangat berlawanan dengan adat kebiasaan masyarakat tersebut. Oleh karena itu Nabi SAW bersabda :
“Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing (tidak umum), dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing”. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang memperbaiki dikala rusaknya manusia”. Dan di lain riwayat beliau ditanya (tentang orang-orang yang asing), beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidup-hidupkan apa-apa yang telah dimatikan manusia daripada sunnahku”. [HR. Muslim, Ibnu Majah dan Thabrani]
Dalam riwayat lain bagi imam Ibnu Wahab, beliau SAW bersabda :
Kebahagiaan bagi orang-orang yang asing, yaitu mereka yang berpegang teguh dengan kitab Allah ketika ditinggalkan orang banyak dan mengerjakan dengan sunnah ketika sunnah itu dipadamkan orang banyak.
Dari sabda Nabi tersebut kita dapat memahami betapa beratnya tugas Rasulullah SAW dan tugas para da’i masa mendatang memperbaiki akhlaq manusia jahiliyah, jahil terhadap kebenaran, berhati kasar, hidup hanya memperturutkan hawa nafsunya. Sedangkan yang dibawa Nabi bertentangan 180 o dengan keinginan hawa nafsunya, bahkan dianggap suatu yang asing (tidak umum) atau menyalahi kebiasaan.
Oleh karena itu berbagai tuduhan jelek dan cemoohan dilontarkan kepada Nabi antara lain, dikatakan orang gila, kurang akal, memecah belah persatuan, merusak agama nenek moyang, dsb. Tidak saja cemoohan dengan ucapan, penganiayaan phisik pun dilakukan, bahkan ada rencana pembunuhan kepada diri Rasulullah SAW.
Namun demikian itu semua tidak menjadikan Nabi berputus asa, takut dan berhenti dakwah, melainkan diterima dengan ikhlash dan penuh kesabaran, tidak membalas kejelekan yang mereka lakukan bahkan Nabi mendoakan untuk mereka dengan rasa kasih sayang, agar Allah memberi hidayah kepada mereka :
Ya Allah, berikanlah hidayah kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengerti.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Islam akan kembali asing lagi seperti pada mulanya datang. Berarti bahwa orang yang menyeru kepada Islam dan mengamalkan dengan benar akan mendapat tantangan yang berat pula sebagaimana yang dialami Nabi ketika mula-mula menyeru manusia kepada Islam. Bahkan Rasulullah SAW menjelaskan dalam sabdanya :
Akan datang suatu masa atas manusia bahwa orang yang shabar (tahan) atas agamanya, bagaikan orang yang menggenggam bara api. [HR. Tirmidzi]
Namun yang menggembirakan sabda beliau : thuubaa lil ghurobaa' (kebahagiaan bagi orang-orang yang asing).
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Rasulullah SAW berdakwah menyebarkan Islam kepada ummat manusia tanpa pamrih dan tidak mengharapkan imbalan apapun dari manusia kecuali menebarkan kasih sayang diantara manusia, serta mengharapkan ridla Allah semata dan hakikatnya demikianlah semua Rasul Allah.
Firman Allah SWT :
Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak minta upah apapun kepadamu atas seruan (dakwah)ku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. [QS. Asy-Syura : 23]
Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. [QS. Asy-Syu’araa’ : 145]
Orang-orang kafir tidak memahami apa yang dikehendaki oleh Rasul Allah dengan aktifitas dakwahnya, maka mereka menawarkan kepada beliau apapun yang dikehendaki akan dipenuhi, bahkan beliau akan diangkat menjadi raja (penguasa) asalkan beliau mau berhenti dari aktifitas dakwahnya.
Tawaran itu dengan tegas ditolak oleh Rasulullah, jangankan hanya itu, andaikata mereka dapat memberikan matahari dan bulan di kedua tangan beliau, beliau tidak akan berhenti berdakwah hingga kebenaran Islam menjadi jelas bagi manusia, atau beliau mati bersamanya, karena memang bukan itu tujuan dakwah.
Lain dengan kebanyakan manusia sekarang, aktifitas dakwah dilakukan untuk memperoleh sesuatu, kalau mungkin ingin dapat menjadi raja walaupun harus dengan jalan suap. Maka kalau keinginannya sudah tercapai, selesailah aktifitas dakwahnya. Padahal setiap muslim adalah da’i, dan seharusnya hal itu dilakukan dengan mencontoh Rasulullah SAW, yakni hanya mengharap ridla Allah SWT dan dilakukan dengan rasa kasih sayang, sehingga dakwah akan berjalan terus-menerus secara berkesinambungan, tidak berhenti di tengah jalan.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, perjalanan MTA selama 30 tahun, tidak melalui jalan yang mulus dan rata, melainkan melalui jalan yang sangat terjal dan penuh dengan semak-semak dan duri.
Hampir di semua daerah dimana MTA baru tumbuh pasti mendapat rintangan yang berat, sampai sekarang.
Dengan bermacam-macam tuduhan fitnah dilontarkan antara lain : tidak bermasyarakat, membikin resah, menganggap orang lain najis sehingga MTA tidak mau berjabat tangan dan tidak mau bermakmum dengan selain warganya, bahkan dianggap membawa agama baru, ingkarus-sunnah, dsb.
Karena termakan fitnah tersebut sehingga masyarakat berlaku kejam terhadap warga MTA, dengan melakukan pengrusakan tempat pengajian, menyegel gedung tempat pengajian yang dibangun di tempat sendiri dan dengan swadaya warga MTA sendiri, lalu dilarang untuk ditempati. Belum lagi merasa puas dengan itu semua, maka penganiayaan phisik terhadap warga MTA dan pemboikotan terhadap warga MTA yang punya kerja di beberapa daerah terjadi juga. Anehnya biang keladi pelaku tersebut justru orang-orang Islam yang diangap mengerti agama dan berpengaruh di masyarakatnya.
Diantara mereka guru agama, modin dan orang yang dianggap tokoh oleh masyarakat. Biasanya mereka menghasut orang-orang awam, dibangkitkan rasa kebenciannya kepada MTA dengan dalih tidak bermasyarakat, maka mereka menentang keberadaan MTA di daerah tersebut, akhirnya terjadi keributan, lalu dilaporkan pada KUA dan Muspika sampai ke Depag Kabupaten hingga ke Muspida. Tanpa bertabayun dengan benar para pejabat tersebut termakan juga oleh berita bohong, akhirnya berkesimpulan bahwa MTA membikin resah dan pengajian MTA di daerah tersebut harus ditutup, tidak boleh dilanjutkan.
Yang menjadi permasalahan di berbagai daerah adalah sama, yakni karena kami warga MTA tidak ikut kenduri, sesaji-sesaji di tempat-tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat, tidak ikut acara selamatan kematian pada hari ke 7, 40, 100, 1000 dsb. dari kematiannya.
Hal itu kami tidak mengikuti karena kami meyaqini bahwa itu semua laisa minal islam (bukan ajaran Islam), bahkan membawa kepada kemusyrikan. Walaupun kami tidak melakukan yang demikian, namun kami warga MTA tidak pernah mengganggu, menghalangi saudara-saudara kami yang masih suka melakukan upacara-upacara tersebut, karena kami punya prinsip firman Allah :
Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. [QS. Asy-Syuuraa : 15]
Masing-masing kita akan memperoleh balasan dari Allah sesuai dengan amal kita masing-masing.
Hanya karena itu kami dituduh tidak bermasyarakat padahal kegiatan sosial kemasyarakatan seperti : donor darah secara rutin, kerja bhakti bersama masyarakat, siskamling, kami tidak pernah ketinggalan.
Untuk itu semua kami (pengurus) berusaha melakukan pendekatan melalui berbagai jalur, termasuk jalur pemerintahan dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di negeri ini, namun terpaksa kandas juga.
Bahkan ada seorang pejabat di suatu daerah dengan sombongnya mengatakan, “Mungkin MTA bisa tumbuh di daerah lain, tetapi MTA tidak boleh tumbuh di daerah kami ini. Na'udzubillahi min dzalik. Wal hasil menghadapi kenyataan yang ada ini kami serahkan sepenuhnya kepada Allah, dan kami harus bershabar tidak berputus asa sebagaimana Rasulullah SAW bershabar dalam berdakwah, dan tantangan yang beliau hadapi jauh lebih berat daripada yang kami hadapi. Allah SWT berfirman :
Jika kamu bershabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. [QS. Ali ‘Imran : 186]
Dan kami yaqin sepenuhnya bahwa usaha apapun untuk membendung/ memadamkan cahaya Islam tidak akan berhasil dan Allah pasti menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya.
Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya sekalipun orang-orang kafir membencinya. [QS. Shaff : 8]
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, pasti Allah menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu. [QS. Muhammad : 7]
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dengan itu semua kami dapat mengambil pelajaran bahwa :
1. Ummat Islam yang merupakan mayoritas di negeri ini, kebanyakan belum memahami dan belum meyaqini kitab sucinya (Al-Qur’an), mereka lebih suka mengikuti adat kebiasaan sekalipun hal itu bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagaimana diungkapkan firman Allah :
Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an) dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab, “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mendapat petunjuk ?. [QS. Al-Maaidah : 104]
2. Kebanyakan bangsa kita masih suka memaksakan kehendaknya kepada orang lain, setiap orang yang tidak sefaham, tidak sealiran, tidak separtai dengan dirinya dianggap lawan yang harus dimusuhi dan dijatuhkan .
3. Dengan keadaan yang demikian, lebih mendorong kepada kami untuk meningkatkan keshabaran menghadapi rintangan dan lebih meningkatkan aktifitas dakwah kami, dilandasi dengan rasa kasih sayang mengajak manusia untuk mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah agar tercapai kebahagiaan hidup yang haqiqi dan terwujudlah ketenteraman, kedamaian, saling menghormati satu dengan yang lain dan tercapailah apa yang kita idamkan bersama, baldatun thoyibatun wa robbun ghofur.
Alhamdulillah dengan pertolongan Allah SWT lewat pejabat Komandan Korem 074 Warastratama + tahun 1979 yang pada waktu itu Bp. Letkol Sukandar, kami pengurus MTA dipertemukan dengan Dandim dan Kakandepag se eks Karesidenan Surakarta di Makorem 074 untuk berdialog agar memberi kepahaman kepada mereka tentang MTA.
Bertitik awal dari itulah selanjutnya gangguan dan rintangan terhadap aktifitas dakwah MTA di berbagai daerah berangsur-angsur mulai berkurang, walaupun sampai hari ini setiap MTA yang baru muncul di suatu daerah masih mendapat hambatan yang sama, seperti di Cilacap, tepatnya di Pangawaren, Karangpucung, Cilacap. Dan di Blora, tepatnya di desa Bangkerep, Balong, Kunduran, Blora. Saat ini puluhan orang terpaksa hijrah ke Solo agar dapat ngaji, karena mereka dikeroyok dan dianiaya oleh masa, rumahnya di lempari batu, masjid yang digunakan untuk pengajian dibedhol oleh masyarakat lalu dipindah ke tempat lain.
Kami berdoa semoga Allah membuka hati mereka yang belum memahami, sehingga mau memahami, syukur mau mengikuti, paling tidak semoga tidak mengganggu dan merintangi.
Pada usia yang ke-30 tahun ini, MTA yang berpusat di Surakarta sudah memiliki 107 Cabang dan perwakilan dengan ribuan satgas yang tersebar di bumi Indonesia ini, dari pelosok-pelosok desa sampai di kota-kota besar, di beberapa propinsi, yang paling barat adalah Medan Sumatera Utara, tepatnya di Jl. Perhubungan no. 17, Laut Dendang, Deli Serdang, dan yang paling timur adalah di propinsi NTB, tepatnya di Jl. Batanghari, Tanjungkarang, Ampenan, Mataram.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, SATGAS MTA, bukan saja untuk kepentingan MTA dan bukan untuk kepentingan partai maupun golongan tertentu, melainkan untuk kepentingan Islam dan ummat Islam khususnya, serta masyarakat luas pada umumnya.
Aktifitas SATGAS MTA bergerak di bidang dakwah dengan bentuk sosial kemasyarakatan di berbagai macam, antara lain :
* Mengirim dan membagikan sembako serta mengadakan pengobatan masal di beberapa daerah akibat bencana alam, maupun akibat konflik sesama bangsa, serta sebab-sebab lain, misalnya akibat banjir di Karawang (Jabar) dan Pati (Jawa Tengah), dan akibat konflik di Ambon, Ternate, Tual dan sekitarnya, dan juga di tempat-tempat lain yang dipandang perlu.
* Mengirim air bersih ke Gunung Kidul, yang kekeringan akibat kemarau panjang, dsb.
* Kerja bhakti bersama TNI dan masyarakat baik AMD maupun TMD, dan membantu kepolisian dalam rangka Gerakan Disiplin Nasional (GDN), donor darah, dan hal-hal lain yang bermanfaat bagi manusia, sebagaimana sabda Rasulullah :
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. [HR. Al-Qudlaa’iy dalam AL-Jaami’ish Shaghiir]
SATGAS MTA bersimbul Al-Qur’an yang melekat di baret kepalanya dengan maksud menjunjung tinggi Kitab Suci Al-Qur’an serta berpikir yang sesuai dengan Kitab Suci tersebut. Juga gambar Al-Qur’an di pundaknya dengan maksud siap memikul tanggungjawab menyebarkan ajaran Al-Qur’an kepada masyarakat serta siap menanggung resiko karena tugas tersebut.
Oleh karena itu pada usia ke-30 MTA ini, kami mohon kepada Bp. Prof. DR. H.M. Din Syamsuddin, MA dari MUI Pusat berkenan mengukuhkan keberadaan SATGAS MTA yang tersebar di berbagai daerah bumi Indonesia ini, agar supaya SATGAS MTA mempunyai pendirian yang kokoh dan lurus sebagaimana simbul yang melekat pada dirinya, yakni Al-Qur’an membawa kepada jalan yang lurus. Disamping itu pada peristiwa yang bersejarah ini mudah-mudahan anggota SATGAS tidak lupa bahwa dirinya bertugas bukan untuk kepentingan golongan tertentu, melainkan untuk Islam dan ummat Islam, serta kepentingan masyarakat secara luas dengan mengharap ridla Allah semata.
Sekian sekilas tentang MTA dan SATGAS nya, semoga Allah SWT meridlai usaha ini dan masyarakat menjadi faham bahwa keberadaan kami tidak ingin membikin kacau dan resah masyarakat, tetapi keberadaan kami ingin mengajak ummat Islam khususnya dan semua manusia pada umumnya keluar dari gelap menuju terang-benderang, dari jalan sesat ke jalan keselamatan, dan dari sifat dengki, dendam, permusuhan kepada saling kasih sayang dilandasi dengan iman dan rasa kekeluargaan.
Aku tidak minta upah apapun kepadamu atas dakwahku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. [QS. Asy-Syuuraa : 23]
Demikian yang kami sampaikan, semoga bermanfaat untuk kita semua.
~oO[ A ]Oo~
Disampaikan PADA PENGAJIAN AKBAR DALAM RANGKA PENGUKUHAN SATGAS MTA
OLEH BP. PROF DR. H.M. DIN SYAMSUDDIN, MA MUI PUSAT
DI PAGELARAN KARATON KASUNANAN SURAKARTA
Ahad, 29 September 2002
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar